Jared Stevens – Doctor Fate Pemberontak yang Membakar Aturan Lama
Ketika dunia komik DC memasuki era 90-an yang gelap dan berapi-api, Doctor Fate pun tidak luput dari transformasi ekstrem. Salah satu hasil paling radikal dari era ini adalah Jared Stevens, seorang mantan tentara bayaran yang menjadi Doctor Fate dalam bentuk paling keras, liar, dan penuh amarah. Ia adalah simbol dari generasi baru pahlawan: kasar, pragmatis, dan tidak peduli pada tradisi lama.
Latar Belakang: Dari Tentara Bayaran ke “Fate”
Jared Stevens memulai debutnya dalam Fate #0 (1994), ketika DC mencoba merombak karakter klasik dengan pendekatan yang lebih modern dan penuh kekerasan. Jared adalah pemburu artefak dan tentara bayaran yang secara tidak sengaja terlibat dalam konflik magis kuno saat mencoba mencuri helm dan artefak Doctor Fate.
Dalam prosesnya, Kent dan Inza Nelson dibunuh, dan roh mereka terperangkap dalam dimensi spiritual. Helm of Nabu hancur, dan Jared — secara mengejutkan — menjadi pewaris kekuatan sihir tersebut. Tapi alih-alih mengenakan helm, ia mencairkannya, menjadikannya belati dan anting-anting sihir.
Doctor Fate Tanpa Helm dan Tanpa Aturan
Jared menolak memakai kostum Doctor Fate tradisional. Ia tidak percaya pada tatanan sihir, tidak mau tunduk pada Nabu, dan bahkan mencaci maki para penyihir tua yang hanya memperumit segalanya. Ia menyebut dirinya hanya sebagai "Fate", bukan "Doctor".
Gaya bertarungnya jauh dari sihir ritual — ia menggunakan:
-
Belati sihir dari pecahan Helm of Fate,
-
Jubah mistik sebagai armor,
-
Sigil darah dan runa kutukan untuk menghancurkan musuh dengan kekuatan brutal.
Pendekatan Antihero dan Konflik Internal
Jared Stevens adalah Doctor Fate dengan jiwa antihero sejati. Ia membenci sistem sihir dan dewa-dewa Mesir yang memaksakan takdir. Ia percaya bahwa kekuatan harus digunakan untuk menyelamatkan yang lemah dengan cara apa pun, bahkan jika itu berarti mengorbankan prinsip atau membuat kesepakatan berdarah.
Namun, ia tidak sepenuhnya jahat. Di balik tindakannya yang keras, Jared menyimpan rasa tanggung jawab dan rasa bersalah karena kematian Kent dan Inza. Ia tahu bahwa ia tidak seharusnya menjadi pewaris, tapi ia memilih untuk tidak kabur.
Musuh dan Ancaman yang Dihadapi
Jared menghadapi berbagai ancaman supranatural yang tidak biasa, termasuk:
-
Bloodline cults: pengikut sihir gelap yang percaya pada pengorbanan manusia.
-
Lords of Chaos yang modern, yang menggunakan teknologi untuk menyebarkan ketidakseimbangan.
-
Entitas iblis seperti Typhon, yang memanfaatkan kebencian Jared terhadap sistem untuk memanipulasinya.
Meski tanpa pelatihan formal, Jared mengalahkan lawan-lawannya dengan strategi jalanan, senjata sihir, dan tekad yang membara.
Reaksi Penggemar dan Kritik
Versi Jared Stevens mendapat respon beragam:
-
Disukai oleh penggemar antihero dan pembaca era 90-an, karena gaya visual yang edgy dan cerita yang kelam.
-
Dikritik oleh fans Doctor Fate klasik, karena peran Jared terasa terlalu jauh dari filosofi asli Doctor Fate sebagai penjaga keseimbangan.
Komik Fate sempat berjalan selama 23 edisi sebelum dibatalkan. Jared kemudian muncul kembali dalam cerita crossover seperti Day of Judgment, di mana ia akhirnya mengorbankan dirinya untuk mengembalikan keseimbangan dunia magis.
Warisan Jared Stevens
Meskipun hanya muncul sebentar, Jared meninggalkan jejak sebagai pengingat bahwa takdir bisa ditantang, bahkan dihancurkan. Ia adalah perwujudan dari perlawanan terhadap dewa-dewa dan sistem kuno yang lupa mendengarkan suara manusia.
Ia juga menjadi inspirasi bagi karakter-karakter magis lain di DC untuk tidak terlalu tunduk pada dogma, dan mulai bertanya: "Apakah sistem ini benar-benar adil?"
Ciri Khas Jared Stevens sebagai Doctor Fate
-
Tanpa helm, tanpa aturan, tanpa rasa takut.
-
Lebih brutal, bergaya senjata dan darah.
-
Lebih banyak bertarung daripada bernegosiasi.
-
Sihir dipadukan dengan kekuatan jalanan dan survival.
-
Simbol resistensi terhadap takdir yang dipaksakan.
Penutup
Jared Stevens adalah varian Doctor Fate yang mengguncang pondasi dunia sihir DC. Ia mungkin bukan penyihir terbaik, tapi ia adalah pejuang paling keras kepala. Ia tidak meminta kekuatan, tidak mencari gelar, tapi saat dunia membutuhkan pelindung — ia berdiri dan berkata, "Aku tidak sempurna. Tapi aku akan melawan."