
Dalam semesta DC Comics yang begitu luas dan kompleks, jarang ada karakter yang begitu penting namun sekaligus begitu tersiksa seperti Pariah. Ia bukan pahlawan super dalam arti tradisional, tidak memiliki kekuatan tempur hebat, bahkan bisa dibilang sebagai karakter yang dikutuk — namun kehadirannya telah mengubah nasib seluruh multiverse.
Sebagai ilmuwan yang membuka pintu bagi kehancuran multiverse pertama, Pariah adalah simbol penyesalan, penderitaan, dan beban eksistensial. Kisah hidupnya menyentuh tema tentang keangkuhan ilmu pengetahuan, kesalahan fatal, dan harapan untuk penebusan.
Asal-Usul Pariah
Pariah pertama kali muncul dalam Crisis on Infinite Earths #1 (1985), karya monumental dari Marv Wolfman dan George Pérez yang mengubah tatanan multiverse DC.
Nama asli Pariah adalah Kell Mossa, seorang ilmuwan jenius dari dunia yang sangat maju secara teknologi dan sains — Earth-Prime (dalam versi awal). Ia memimpin eksperimen untuk mengamati asal-usul alam semesta, ingin melihat “detik pertama penciptaan.”
Namun eksperimennya justru membuka celah ke dimensi antimateri, membangunkan entitas jahat bernama Anti-Monitor. Akibatnya, seluruh dunianya dihancurkan — dan Pariah selamat… sebagai kutukan abadi.
Kutukan Kosmik: Menyaksikan Dunia Hancur
Sebagai “hukuman” dan bentuk pengampunan sekaligus, Pariah diberikan oleh Monitor kekuatan untuk:
-
Hidup abadi
-
Melintasi dunia demi dunia
-
Menyaksikan setiap semesta hancur oleh Anti-Monitor
-
Tanpa kemampuan menghentikannya
Pariah tidak bisa mati, tidak bisa mencegah, hanya bisa menangis dan menyaksikan saat dunia demi dunia dimusnahkan.
Kemunculannya sering diiringi oleh kepanikan, karena setiap ia muncul, kehancuran segera menyusul. Bahkan pahlawan dari dunia lain sering mencurigainya sebagai penyebab bencana — padahal ia hanya saksi tak berdaya.
Kekuatan dan Kemampuan Pariah
Secara teknis, Pariah tidak memiliki kekuatan super seperti Superman atau Green Lantern, namun ia diberi beberapa kemampuan kosmik:
1. Immortality (Keabadian)
Pariah tidak bisa mati karena energinya telah diubah oleh Monitor dan antimateri. Ia bertahan dalam kehampaan kosmik, kehancuran planet, dan ledakan dimensi.
2. Interdimensional Travel
Ia bisa berpindah dari satu dunia ke dunia lain tanpa alat bantu, kadang secara sukarela, kadang karena dipanggil oleh kekuatan alam semesta.
3. Senses of Catastrophe
Ia bisa merasakan kehancuran kosmik yang akan datang dan melihat aliran waktu serta takdir dengan cara yang tidak bisa dimengerti manusia biasa.
4. Wawasan Ilmiah dan Kosmik
Sebagai ilmuwan jenius, Pariah memahami sains tingkat multiversal — ia tahu banyak rahasia tentang Monitor, Anti-Monitor, The Source, dan struktur realitas DC.
Peran Sentral dalam Crisis on Infinite Earths
Dalam Crisis on Infinite Earths, Pariah adalah karakter naratif yang menyatukan banyak semesta, membantu para pahlawan dari Earth-1, Earth-2, Earth-4, dan lainnya menyadari bahwa:
-
Kehancuran sedang terjadi secara menyeluruh.
-
Ada ancaman yang lebih besar daripada konflik antar realitas.
-
Mereka harus bekerja sama untuk menghentikan Anti-Monitor.
Meski tak bertarung langsung, Pariah adalah alarm dan saksi sejarah, dan pada akhirnya berperan dalam mengarahkan pahlawan ke tempat Anti-Monitor bersembunyi.
Hubungan dengan Monitor dan Harbinger
Pariah bekerja sama dengan Monitor dan Harbinger, dua entitas kosmik yang memantau keseimbangan realitas. Monitor percaya bahwa Pariah bisa menebus kesalahannya dengan memperingatkan dunia lain.
Namun hubungan ini rumit. Pariah merasa dikutuk dan tidak percaya dirinya bisa membantu, sementara Harbinger sempat mencurigainya sebagai pengkhianat.
Pada akhirnya, Harbinger menyadari Pariah hanyalah korban dari takdir, dan ia bukan biang kehancuran — hanya pemicu tak disengaja.
Kebangkitan Baru: Dark Crisis on Infinite Earths (2022)
Pariah kembali tampil penting dalam Dark Crisis on Infinite Earths, event besar DC tahun 2022 yang melanjutkan warisan krisis kosmik terdahulu.
Dalam alur ini, Pariah menjadi musuh utama, setelah mengalami kegilaan karena trauma masa lalu. Ia bersekutu dengan kekuatan "Great Darkness" dan percaya bahwa satu-satunya jalan damai adalah menghapus semua semesta dan menciptakan realitas baru sempurna.
Ini menjadikan Pariah berubah dari sosok korban menjadi villain dengan niat "baik" namun tindakan ekstrem.
Dalam Dark Crisis, Pariah:
-
Membunuh Justice League utama dan mengurung mereka dalam “dunia mimpi”.
-
Menciptakan multiverse baru berdasarkan harapan semu.
-
Memimpin pasukan Dark Army untuk menghancurkan pahlawan generasi baru.
Transformasi ini mengejutkan banyak pembaca, namun juga menunjukkan evolusi emosional Pariah, dari saksi, menjadi pencipta, lalu penghancur.
Simbolisme dan Pesan Moral
Pariah adalah karakter yang sangat filosofis. Ia melambangkan:
-
Kejatuhan akibat kesombongan intelektual – karena ingin tahu segalanya, ia justru membangkitkan kegelapan.
-
Keterasingan eksistensial – hidup abadi tanpa tujuan, hanya menyaksikan kehancuran.
-
Penyesalan dan pencarian pengampunan – semua tindakannya setelah krisis adalah bentuk penebusan.
-
Ancaman dari niat baik yang salah arah – ketika keinginan menciptakan dunia sempurna mengarah pada totalitarianisme multiversal.
Potensi Adaptasi
Dengan DC Universe baru yang semakin berani mengangkat cerita multiverse dan krisis kosmik, Pariah sangat cocok diadaptasi dalam media modern, seperti:
-
Serial HBO Max ala Sandman x Loki
-
Villain dalam Crisis on Infinite Earths versi live-action DCEU
-
Narator dalam kisah-kisah animasi Justice League: Multiverse Chronicles
Visual Pariah — jubah panjang, mata bersinar sedih, suara penuh beban — akan sangat kuat secara sinematik, apalagi jika dibawakan oleh aktor karakter berpengalaman.
Penutup
Pariah bukan pahlawan. Ia juga bukan penjahat… setidaknya, tidak selalu. Ia adalah cermin dari manusia yang gagal, tapi masih mencoba menebus kesalahan, meski realitas runtuh di sekelilingnya.
Dalam dunia DC Comics yang dipenuhi dewa, alien, dan makhluk tak terkalahkan, Pariah menonjol sebagai sosok manusia dengan penderitaan luar biasa, yang tetap mencari harapan di antara puing-puing semesta.
Ia adalah bukti bahwa bahkan di ujung kehancuran — penyesalan dan tekad untuk memperbaiki kesalahan masih bisa menjadi cahaya terakhir.