Siapa Joker yang sesungguhnya? Apakah ia pria dari The Killing Joke, pembunuh brutal dari era modern, atau badut keji dari masa keemasan? Dalam Batman: Three Jokers karya Geoff Johns dan Jason Fabok, DC menjawabnya dengan cara luar biasa: mereka semua adalah Joker—karena memang ada tiga.
Kisah ini menggali ide bahwa Joker bukan hanya satu orang, melainkan “tiga aspek kegilaan” yang selama ini kita kenal, masing-masing punya gaya, motivasi, dan filosofi tersendiri.
Tiga Jenis Joker
-
The Criminal – Joker Kalkulatif (Golden Age Style)
-
Versi paling tenang, cerdas, dan mengendalikan.
-
Mengenakan tuksedo rapi dan senyum dingin.
-
Tidak banyak tertawa—karena baginya, semuanya adalah pekerjaan serius.
-
Ia yang merancang seluruh eksperimen Three Jokers.
-
-
The Clown – Joker Sadis (Silver/Bronze Age Style)
-
Joker dengan senapan-pistol, bom pie, dan tawa tiada henti.
-
Bertanggung jawab atas kematian Jason Todd (Robin) dalam cerita A Death in the Family.
-
Karikatur pembunuh brutal penuh ironi.
-
-
The Comedian – Joker Psikologis (The Killing Joke Style)
-
Mantan komedian gagal yang menjadi gila setelah tragedi.
-
Filosofis, emosional, dan penuh monolog gelap.
-
Bertanggung jawab atas penembakan Barbara Gordon.
-
Versi ini yang paling dekat secara emosional dengan Batman.
-
Motif Utama: Menciptakan Joker Sempurna
Ketiga Joker ini tidak saling bersaing, melainkan bekerja sama dengan tujuan yang mengerikan: menciptakan versi “ultimate Joker” yang akan menjadi musuh abadi Batman—tanpa sisi manusiawi sama sekali.
Mereka ingin mengubah Joe Chill, pembunuh orang tua Bruce Wayne, menjadi Joker final, karena ia adalah sumber trauma terbesar Batman.
Namun rencana itu gagal, karena Batman justru memaafkan Chill, menunjukkan bahwa kekuatan Joker tidak lagi memegang kendali atas trauma Bruce.
Konflik dan Klimaks
Dalam klimaks cerita:
-
The Comedian membunuh dua Joker lainnya (Clown dan Criminal), mengklaim bahwa ia satu-satunya yang “asli” dan layak bertahan.
-
Ia melakukan semua ini untuk mengembalikan relasi Batman dan Joker ke bentuk paling murni: dua pria yang saling membutuhkan dalam kehancuran.
-
The Comedian tahu nama asli Batman sejak lama, tapi tidak pernah menggunakannya, karena menurutnya, “jika aku memberitahu siapa kamu, maka kamu bukan siapa-siapa lagi buatku.”
Ini memperlihatkan bahwa hubungan Joker dan Batman bukan sekadar permusuhan—tapi obsesi mutual yang saling membentuk.
Hubungan dengan Jason Todd dan Barbara Gordon
Cerita ini juga menggali trauma mendalam dua korban utama Joker:
-
Jason Todd (Red Hood): Masih menyimpan dendam karena dipukuli hampir mati oleh The Clown. Ia kemudian membunuh Joker tersebut—membuktikan bahwa bekas luka itu tidak pernah sembuh.
-
Barbara Gordon (Batgirl/Oracle): Masih terguncang akibat penembakan oleh The Comedian. Namun ia memilih menahan diri, menolak membalas dengan kekerasan.
Three Jokers memperlihatkan bagaimana korban Joker hidup dengan luka berbeda, dan bagaimana mereka memilih jalur yang berlawanan dalam meresponsnya.
Simbolisme Three Jokers
-
Tiga versi Joker = tiga era DC Comics: Golden Age, Bronze/Silver Age, dan Modern Age.
-
Tiga pendekatan kejahatan: Strategi, kekerasan, dan psikologi.
-
Konflik identitas Batman sendiri: Apakah ia pembalas dendam, pahlawan, atau korban?
Cerita ini tidak hanya menyoroti Joker, tapi juga cara Batman dan rekan-rekannya melihat dan mengatasi trauma.
Visual dan Gaya
-
Ilustrasi oleh Jason Fabok menghadirkan gaya realistis dan atmosfer kelam.
-
Setiap Joker punya desain unik dan ekspresi khas, sehingga pembaca bisa langsung mengenali masing-masing.
-
Narasi bergaya detektif klasik dengan ketegangan psikologis tinggi.
Kesimpulan
Three Jokers adalah eksplorasi mendalam terhadap identitas Joker yang kompleks. Tidak ada satu jawaban, tidak ada satu wajah. Joker adalah legenda urban, mimpi buruk kolektif, dan simbol bahwa kegilaan bisa datang dalam banyak bentuk.
Versi ini bukan sekadar menambah mitologi Joker—ia memecahnya menjadi tiga potret ketakutan yang saling melengkapi.